Senin, 29 Oktober 2012

bab 1 buku Analisis Multivariat





1.1. DATA, SKALA, DAN VARIABEL

A. Data
Pengertian data menurut Webster New World Dictionary,  Data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu  sesuatu yang diketahui atau dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data dapat memberikan
gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan.
Data bisa juga didefenisikan sekumpulan informasi atau nilai  yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu obyek, data  dapat berupa angka dan dapat pula merupakan lambang atau sifat. Beberapa macam data antara lain ; data populasi dan data sampel, data observasi, data primer, dan data sekunder.
Pada dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan dianalisis) ialah sebagai dasar yang objektif di dalam proses pembuatan keputusan keputusan/ kebijaksanaan kebijaksanaan dalam rangka untuk memecahkan persoalan oleh pengambil keputusan. Keputusan yang baik hanya bisa diperoleh dari pengambil keputusan yang objektif, dan didasarkan atas data yang baik.
Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan.
Riset akan menghasilkan data. Ada tiga peringkat data yaitu data mentah, hasil pengumpulan, data hasil pengolahan berupa jumlah, rata rata, persentase, dan data hasil analisis berupa kesimpulan. Yang terakhir inii mempunyai peringkat tertinggi sebab langsung dapat dipergunakan untuk menyusun saran atau usul untuk dasar membuat-keputusan.

Pembagian Data
1. Menurut sifatnya, yang selanjutnya dapat dibagi dua :
a. Data Kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka, misalnya: Kuesioner Pertanyaan tentang suasana kerja, kualitas pelayanan sebuah restoran atau gaya kepemimpinan, dsb
b. Data Kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka, misalnya: harga saham, besarnya pendapatan, dsb
2. Menurut sumber data, yang selanjutnya dibagi dua:
a. Data Internal yaitu data dari dalam suatu organisasi yang menggambarkan keadaan organisasi tersebut. Misalnya suatu perusahaan: Jumlah karyawannya, jumlah modalnya, jumlah produksinya.
b. Data Eksternal yaitu data dari luar suatu organisasi yang dapat menggambarkan faktor–faktor yang mungkin mempengaruhi hasil kerja suatu organisasi. Misalnya: daya beli masyarakat mempengaruhi hasil penjualan suatu perusahaan.
3. Menurut cara memperolehnya, juga bisa dibagi dua:
a.Data Primer (primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/ suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa interviu, observasi.
b. Data Sekunder (secondary data) yaitu data yang diperoleh/ dikumpulkan dan disatukan oleh studi studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dean arsip arsip resmi.
4. Menurut waktu pengumpulanny, dapat dibagi dua:
a. Data cross section ialah data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu (at a point of time) untuk menggambarkan keadaan dan kegiatan pada waktu tersebut. Misalnya : data penelitian yang menggunakan kuesioner
b. Data berkala (time series data) ialah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk melihat perkembangan suatu

kejadian/kegiatan selama periode tersebut. Misalnya,
perkembangan uang beredar, harga 9 macam bahan pokok,
penduduk. Pada prinsipnya seorang peneliti akan menghadapi dua jenis
gejala yaitu gejala nominal dan gejala kontinum.
1. Gejala Nominal Gejala Nominal adalah suatu gejala yang hanya dapat digolong golongkan secara terpisah, diskrit, secara kategorik. Misalnya, jenis kelamin, tempat kelahiran, kebangsaan, yang dilakukan adalah menghitung subyek dari tiap tiap katergory.
2. Gejala Kontinum Gejala Kontinum adalah gejala yang bervariasi menurut tingkatan. Contohnya : sosiabilitas, aktivitas, kecerdasan. Gejala ini dapat dibagi bagi dalam beberapa taraf, tingkat, derajat, jenjang dan dapat diukur ( kualitasnya) dan dihitung (kuantitasnya)

B. Skala
Pekerjaan pengukuran di dalam penelitian dilakukan setelah berhasil menetapkan konsep-konsep atau variabel-variabel dari sesuatu fenomena yang menjadi obyek penelitian. Mengukur adalah mengidentifikasi konsep-konsep atau variabel-variabel dengan besaran nilai kuantitatif. Mengukur konsep-konsep atauvariabel-variabel itu dilakukan dalam rangka mendeskripsi fenomena, dan dalam rangka menguji hipotesis untuk menyusun sesuatu teori. Hanya dengan melalui pengukuran inilah konsep-konsep atau variabel-variabel itu dapat dihubung-hubungkan, baik dalam hubungan kesejajaran maupun dalam hubungan sebab-akibat (kausalitas). Sebagaimana diketahui, tida semua  variabel penelitian bersifat kuantitatif, melainkan jug terdapat  variabel-variabel kualitatif, terutama variabel-varibel dari  fenomena sosial. Dapatkah variabel-variabel kalitatif itu  dikuantitatifkan? Jika dapat dikuantitatifkan, apakh semuanya  dapat diukur? Hal ini perlu diketahui untuk dapt melakukan  pengukuran secara tepat.
Setelah mengetahui variabel-variabel mana yang dapat diukur  secara kuantitatif itu, perlu mengetahui bagaimana dan dalam hal-

hal apakah dari variabel-variabel itu yang diukurnya atau yang   menjadi pengukurnya; untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu terlebih dahulu ditentukan dimensi variabel-variabel itu. Kemudian perlu menetapkan ukuran-ukurannya, yang kepada kenyataannya bertingkat-tingkat taraf nilai kuantifikasinya. Oleh karena pengukuran itu tidak terlepas dari penggunaan statistik, maka perlu diketahui teknik-teknik statistik mana yang berlaku bagi setiap tingkat ukuran itu.
Penyusunan skala (perskalaan) tidak lain adalah menetapkan proposisi atau mengatur secara seimbang, atau menurut perimbangan nilai pada dimensi variabel-variabel. Penyusunannya dapat dibedakan antara penyusunan indeks variabel dan penyusunan skala variabel. Dari padanya perlu diketahui tentang langkah-langkah penyusunan baik indeks maupun skala. Scaling atau perskalaan hanya dapat dikenakan pada gejala kontinum yaitu menetapkan proporsi atau engatur menurut pertimbangan (to set in proportion, to designor regulate to ratio ).
Perskalaan pada gejala gejala kontinum merupakan akibat logis  dari pada adanya variabilitas tingkatan pada gejalagejala kontinum  itu.
Tipe Skala
1. Nominal : skala nominal tingkatan pengukuran yang paling  sederhana. Dasar penggolongan ini agar category yang tidak tumpang tindih (mutually exclusive) dan tuntas (exhaustive). “Angka yang ditunjuk untuk suatu kategori tidak merefleksikan bagaimana kedudukan kategori tersebut terhadap kategori lainnya, tetapi hanyalah sekedar label atau kode sehingga skala yang diterapkan pada data yang hanya bisa dibagi ke dalam kelompok-kelompok tertentu dan pengelompokan tersebut hanya dilakukan untuk tujuan identifikasi. Contoh: penggolongan mobil ke dalam kategori sedan, van, mini van, truk, dan bus. Atau penggolongan jenis kelamin, suku dsb.
2. Ordinal : skala ini memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya dari tingkatan yang paling rendah ke tingkatan “paling tinggi menurut atribut tertentu. skala yang diterapkan pada data-data yang dapat dibagi dalam berbagai kelompok dan kita bisa membuat peringkat di antara kelompok tersebut.

Contoh: sebuah product yang diproduksi sebuah pabrik dapat dikategorikan ke dalam skala sangat bagus, bagus, dan kurang bagus.
3. Interval : Seperti halnya ukuran ordinal, ukuran interval adalah mengurutkan orang atau objek berdasarkan suatu atribut. Interval atau jarak yang sama pada skala interval dipandang sebagai mewakili interval atau jarak yang sama pula pada objek yang diukur. skala yang diterapkan pada data yang dapat dirangking dan dengan peringkat tersebut kita bisa mengetahui perbedaan di antara peringkat-peringkat tersebut dan kita bisa menghitung besarnya perbedaan itu. namun harus diperhatikan bahwa dalam skala ini perbangingan rasio yang ada tidak diperhitungkan. Contoh : Nilai mahasiswa A mempunyai IP 4, B,3,5, C,3, D,2,5, E,2, maka interval antara mahasiswa A dan C ( 4 3 = 1) adalah
sama dengan interval antara mahasiswa C dan E ( 3 2 = 1)
4. Rasio : suatu bentuk interval yang jaraknya ( interval ) tidak dinyatakan sebagai perbedaan nilai antar responden, tetapi antara seorang dengan nilai nol absolute, karena ada titik nol maka perbandingan ratio dapat ditentukan. Contoh kalau Harga Produk X sebesar Rp. 3.000 dan Produk Y sebesar Rp 6.000 maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa Produk Y 2 kali lebih mahal di banding Produk X.

Penggunaan Skala dalam Bisnis
1. Skala Likert: skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala likert bisa 3, 4, 5, 6, 7, skala tergantung kebutuhan.
1
2
Tidak
setuju

tidak puas

kurang
Baik
 
4
Setuju

Puas
 
5
Sangat
setuju
Sangat
Puas
Sangat
baik



 
3
Ragu-ragu/
Netral
Ragu-
ragu/Netral
 
Sangat
tidak setuju
Sangat
tidak puas
Sangat
Cukup Baik
 
tidak baik


2. Skala Guttman: skala guttman dilakukan jika peneliti ingin mendapatkan jawaban tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Skor 1 0
YA Tidak
Pertanyaan Setuju Tidak setuju
Puas Tidak Puas

3. Semantic Diferential: Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya bukan pilihan ganda atau checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban positifnya terletak di bagian kiri dan jawaban negatif terletak di bagian kanan. Atau sebaliknya. Contoh: peneliti ingin menanyakan persepsi pelanggan terhadap pelayanan sebuah hotel.
Skor
Cepat 5 4 3 2 1 Lambat
Ramah 5 4 3 2 1
Tidak ramah
Tidak
memuaskan
 
memuaskan 5 4 3 2 1

4. Rating Scale: bila ketiga skala di atas merubah bentuk kualitatif menjadi kuantitif (angka/skor), maka rating scale sebaliknya. Contoh: seberapa perhatian pemimpin/atasan Anda terhadap kondisi bawahan:
§ Angka 3 : Sangat Perhatian,
§ Angka 2 : Cukup perhatian,
§ Angka 1 : Kurang perhatian

Sebagaimana kebiasaanya dalam hal pekerjaan ukur-mengukur, selalu memerlukan kehati-hatian dan ketelitian, untuk memperoleh hasil pengukuran yang sah dan tepat. Oleh karena itu membuat alat ukur, terutama alat ukur fenomena sosial

haruslah sedemikian rupa mempunyai kemantapan yang canggih. Inti sari dari penyusunan alat ukur fenomena sosial itu adalah penentuan mata skala yang paling tepat, melalui cara penentuan dimensi variabel-variabelnya itu untuk hal ini keterampilan
analisis faktor perlu dikuasai oleh para peneliti ilmu sosial. Selain halitu, perlu pula diperhatikan bahwa meskipun telah dimiliki alat ukur yang jitu, masih ada sumber-sumber kesesatan lain yang berpengaruh terhadap pengukuran itu; antara lain subyek pengukur, obyek yang diukur dan mungkin pula hal lain misalnya situasi dan kondisi di mana pengukuran itu dilakukan. Sampai berapa jauh gangguan sumber-sumber kesesatan dalam pengukuran mengganggu ketepatan dan keabsahan pengukuran, hampir seluruh kepustakaan metodologi penelitian membahasnya sebagai topik yang tidak boleh ketinggalan. Oleh karena itu dianjurkan untuk memperdalamnya melalui kepustakaan-kepustakaan yang dimaksud.
Pada akhirnya perlu pula diketahui, terutama pada penelitia yang menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan), angket, dan sebagainya, skala ukur variabel itu merupakan penjabaran dari points (mata-mata) skala pada bentuk pertanyaan-pertanyaan jadi menyusun daftar pertanyaan tidak dilakukan semaunya atau seingatnya, melainkan dilakukan dengan sistematik sesuai dengan skala ukur (ingat kembali, bahwa skala ukur terdiri dari dimensi-dimensi, komponen-komponen/indikator-indikator variabel). Sekali lagi betapa penting/urgentnya penentuan pengukuran dan penyusunan skala itu bagi proses penelitian selanjutnya.


C. Variabel
Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah variasi pada nilai. Nilai dapat berbeda pada waktu yang berbeda untuk obyek atau orang yang sama, atau nilai dapat berbeda dalam waktu yang sama untuk obyek atau orang yang berbeda. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada bab tiga mengenai proposisi.
Secara konseptual variabel dapat kita bagi menjadi empat
bagian utama, yaitu (Sekaran, 2006):
1.Variabel dependent adalah variabel yang menjadi perhatian  utama dalam sebuah pengamatan. Tujuan penelitian adalah


memahami dan membuat variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya atau memprediksinya. Variabel dependen sering juga disebut dengan variabel terikat atau variabel terpengaruh.
2.Variabel independent adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif ataupun yang negatif bagi variabel dependen nantinya. Variasi dalam variabel dependen merupakan hasil dari variabel independen. Variabel independen sering juga disebut dengan variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi.
3.Moderating Variable adalah variabel yang mempunyai dampak kontingensi (contingent effect) yang kuat pada hubungan variabel independen dan variabel dependen.
4.Intervening variable adalah faktor yang secara teori berpengaruh pada fenomena yang diamati tetapi tidak dapat dilihat, diukur, atau dimanipulasi, namun dampaknya dapat disimpulkan berdasarkan dampak variabel independen dan moderating terhadap fenomena yang diamati. Intervening variable ini dapat membantu kita dalam menjelaskan bagaimana mengkonsepsi hubungan anatar varibel independen dan variabel dependen.
Menurut Hagul, Manning, dan Singarimbun (1989) hubungan antar variabel dapat dibagi dalam tiga jenis hubungan yakni hubungan simetris, hubungan timbal balik dan asimetris.
1.Hubungan Simetris. Dikatakan simetris jika variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi variabel lainnya. Terdapat empat kelompok hubungan simetris yakni (a) kedua variabel merupakan indikator untuk konsep yang sama (b) kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama (c) kedua variabel berkaitan secara fungsional (d) hubungan yang kebetulan semata.
2. Hubungan Timbal Balik. Hubungan di mana suatu variabel
dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel lainnya. Hubungan Asimetris. Hubungan di mana suatu variabel mempengaruhi lainnya. Terdapat enam kelompok hubungan asimetris yakni (a) hubungan antara stimulus dan respons, (b) hubungan antara disposisi dan respons, (c) hubungan antara ciri

individu dan disposisi atau tingkah laku, (d) hubungan antara prakondisi yang perlu dengan akibat tertentu, (e) hubungan yang imanen antara dua variabel, (f) hubungan antara tujuan (ends) dan cara (means). Hubungan asimetris bisa berupa hubungan antara duavariabel (bivariat) atau lebih dari dua variabel (univariat).


1.2. ANALISIS DATA
Analisis data bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang bermakna sehingga dapat dipahami. Para peneliti berpendapat bahwa tidak ada cara yang paling benar secara absolut untuk mengorganisasi, menganalisis, dan menginterpretasikan data Karena itu, maka prosedur analisis data dalam penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Untuk memudahkan dalam analisa data metode yang digunakan adalah metode statistik. Statistika adalah serangkaian metode yang dipakai untuk mengumpulkan, menganalisa, menyajikan dan memberi makna, data. Metode statistik mempermudah para pengambil keputusan memahami informasi mana yang harus dimanfaatkan, agar keputusan mereka tepat. Tahapan langkah saat menggunakan analisa data statistik
adalah
1. Menentukan masalah (untuk menjadi obyek
pengamatan/penelitian)
2. Mengumpulkan data
3. Melakukan analisa
4. Menyajikan hasil


Menentukan Masalah
Menentukan masalah atau menemukan sesuatu yang menarik perhatian dalam sebuah keadaan sebagai titik-pandang masalah, sehingga mampu bekerja efektif saat mengumpulkan data dan memberikan akurasi yang tinggi. Kesulitan akan banyak muncul bila tidak ada definisi yang jelas tentang masalah yang ingin diketahui.

Mengumpulkan Data
Faktor penting dalam pengumpulan data yang perlu diperhatikan adalah populasi dan sampel. Pada bagian ini digunakan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk memperluas perolehan informasi berasal dari sampel acak dalam populasi yang akhirnya digunakan sebagai cara melihat keseluruhan populasi itu. Kegunaan dari statistik inferensial adalah untuk memperoleh informasi dari populasi yang terdapat di dalam sampel.
Melakukan Analisa
Di dalam analisa data-statistika, metode yang digunakan untuk analisa data terbagi menjadi dua kategori, metode exploratory dan metode confirmatory.
Metode exploratory digunakan untuk menentukan apakah datayang ada dapat disajikan melalui angka aritmetika sederhana dan mudah dimuat dengan grafis sebagai ringkasan data. Metodeconfirmatory memanfaatkan ide teori probabilitas sebagai upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus diluar ringkasan yang mudah diperoleh. Teori probabilitas penting saat membuat keputusan karena akan berfungsi sebagai ukuran mengukur, merasakan, menyatakan dan menganalisa kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan.

Menyajikan hasil
Melalui inferensia, perkiraan atau ujicoba yang menyatakan karakter-karakter tertentu dari populasi akan mudah diperoleh  dari sampel. Hasil disajikan dalam sebentuk tabel, grafik atau  berupa nilai persentase tertentu. Mengapa sampel ? karena untuk  memperoleh hasil pengamatan keseluruhan populasi adalah  nyaris tidak mungkin. Hasil pengamatan disajikan dituntut  mampu menunjukkan kemungkinan keterlibatan sampel berdasarkan penggunaan teori probabilitas dan nilai interval.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar