1.1. DATA, SKALA, DAN VARIABEL
A. Data
Pengertian data menurut Webster
New World Dictionary, Data adalah things
known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap. Diketahui artinya
yang sudah terjadi merupakan
fakta (bukti). Data dapat memberikan
gambaran tentang
suatu keadaan atau persoalan.
Data bisa juga didefenisikan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu obyek, data dapat berupa
angka dan dapat
pula merupakan lambang
atau sifat. Beberapa macam data antara
lain ; data populasi dan data sampel, data observasi, data primer,
dan data sekunder.
Pada dasarnya
kegunaan data (setelah
diolah dan dianalisis) ialah sebagai dasar yang objektif di dalam proses
pembuatan keputusan – keputusan/ kebijaksanaan – kebijaksanaan dalam rangka untuk memecahkan persoalan
oleh pengambil keputusan. Keputusan yang
baik hanya
bisa diperoleh dari pengambil keputusan yang objektif, dan didasarkan atas data yang baik.
Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran
tentang suatu masalah secara menyeluruh
merupakan data relevan.
Riset akan menghasilkan data. Ada tiga peringkat data yaitu data mentah,
hasil pengumpulan, data hasil pengolahan berupa jumlah, rata – rata,
persentase, dan data hasil analisis
berupa kesimpulan. Yang terakhir
inii mempunyai peringkat
tertinggi sebab langsung dapat dipergunakan untuk menyusun saran atau usul untuk dasar membuat-keputusan.
Pembagian Data
1. Menurut sifatnya, yang selanjutnya dapat dibagi dua :
a. Data Kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka, misalnya: Kuesioner Pertanyaan tentang suasana kerja, kualitas
pelayanan sebuah restoran atau
gaya
kepemimpinan, dsb
b. Data Kuantitatif yaitu
data yang
berbentuk
angka, misalnya: harga saham, besarnya pendapatan, dsb
2. Menurut sumber data, yang selanjutnya dibagi dua:
a. Data Internal yaitu data dari dalam suatu organisasi yang menggambarkan keadaan organisasi tersebut. Misalnya suatu
perusahaan:
Jumlah karyawannya, jumlah modalnya, jumlah produksinya.
b. Data
Eksternal yaitu data dari luar suatu organisasi yang dapat
menggambarkan faktor–faktor yang
mungkin mempengaruhi hasil kerja suatu organisasi. Misalnya: daya beli
masyarakat mempengaruhi hasil
penjualan suatu perusahaan.
3. Menurut cara memperolehnya, juga bisa dibagi dua:
a.Data Primer
(primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/ suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti
dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa interviu, observasi.
b. Data Sekunder
(secondary data) yaitu data yang diperoleh/
dikumpulkan
dan disatukan oleh studi – studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi
lain. Biasanya sumber tidak langsung
berupa data dokumentasi dean arsip – arsip resmi.
4. Menurut waktu pengumpulanny, dapat dibagi dua:
a. Data “cross section” ialah data yang dikumpulkan
pada suatu waktu tertentu
(at a point
of time)
untuk
menggambarkan keadaan dan kegiatan pada
waktu tersebut. Misalnya : data penelitian yang menggunakan kuesioner
b. Data berkala (time series data) ialah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk melihat perkembangan suatu
kejadian/kegiatan selama periode tersebut. Misalnya,
perkembangan uang beredar, harga 9 macam bahan pokok,
penduduk. Pada prinsipnya seorang peneliti akan menghadapi dua jenis
gejala yaitu gejala nominal
dan gejala kontinum.
1. Gejala Nominal Gejala
Nominal adalah
suatu gejala yang hanya
dapat
digolong – golongkan secara terpisah, diskrit,
secara kategorik. Misalnya,
jenis kelamin, tempat
kelahiran, kebangsaan, yang dilakukan
adalah menghitung
subyek dari tiap – tiap katergory.
2. Gejala Kontinum Gejala
Kontinum adalah
gejala yang bervariasi
menurut tingkatan. Contohnya
: sosiabilitas, aktivitas,
kecerdasan. Gejala ini dapat dibagi
– bagi dalam beberapa taraf, tingkat, derajat, jenjang dan dapat diukur ( kualitasnya) dan dihitung
(kuantitasnya)
B. Skala
Pekerjaan pengukuran di dalam penelitian dilakukan setelah berhasil menetapkan konsep-konsep atau variabel-variabel dari sesuatu fenomena yang menjadi obyek penelitian. Mengukur adalah mengidentifikasi konsep-konsep atau
variabel-variabel dengan besaran nilai kuantitatif. Mengukur konsep-konsep atauvariabel-variabel itu dilakukan dalam rangka mendeskripsi fenomena,
dan dalam rangka
menguji hipotesis untuk menyusun
sesuatu teori. Hanya dengan melalui
pengukuran inilah konsep-konsep atau variabel-variabel itu dapat dihubung-hubungkan, baik dalam hubungan
kesejajaran maupun dalam
hubungan sebab-akibat (kausalitas). Sebagaimana diketahui, tida semua variabel penelitian bersifat kuantitatif, melainkan
jug terdapat variabel-variabel kualitatif,
terutama
variabel-varibel dari fenomena sosial. Dapatkah
variabel-variabel
kalitatif itu dikuantitatifkan? Jika dapat dikuantitatifkan, apakh semuanya dapat
diukur? Hal ini perlu diketahui untuk
dapt melakukan pengukuran secara tepat.
Setelah mengetahui variabel-variabel mana yang dapat diukur secara kuantitatif itu, perlu mengetahui
bagaimana dan dalam hal-
hal apakah dari variabel-variabel itu yang diukurnya atau yang menjadi pengukurnya; untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu terlebih dahulu ditentukan
dimensi variabel-variabel itu. Kemudian
perlu menetapkan ukuran-ukurannya, yang kepada kenyataannya bertingkat-tingkat taraf nilai kuantifikasinya. Oleh karena pengukuran itu tidak terlepas
dari penggunaan statistik, maka perlu diketahui teknik-teknik statistik mana yang berlaku
bagi setiap tingkat
ukuran itu.
Penyusunan skala (perskalaan) tidak lain adalah
menetapkan proposisi atau mengatur secara seimbang, atau menurut perimbangan nilai pada dimensi variabel-variabel. Penyusunannya dapat dibedakan antara penyusunan indeks variabel dan penyusunan skala variabel. Dari padanya
perlu diketahui tentang langkah-langkah penyusunan baik indeks maupun skala. Scaling atau perskalaan hanya dapat dikenakan pada gejala kontinum yaitu menetapkan proporsi atau engatur menurut pertimbangan
(to set in proportion, to designor regulate
to ratio ).
Perskalaan pada gejala – gejala kontinum merupakan
akibat logis dari pada adanya variabilitas tingkatan
pada gejala–gejala
kontinum
itu.
Tipe Skala
1. Nominal : skala nominal
tingkatan pengukuran yang paling sederhana.
Dasar penggolongan ini agar category
yang tidak tumpang tindih
(mutually exclusive) dan tuntas
(exhaustive). “Angka” yang ditunjuk untuk suatu kategori tidak merefleksikan bagaimana
kedudukan kategori tersebut
terhadap kategori lainnya, tetapi hanyalah
sekedar label atau kode
sehingga skala yang diterapkan pada data yang hanya bisa dibagi ke dalam kelompok-kelompok tertentu dan pengelompokan tersebut hanya dilakukan untuk tujuan identifikasi. Contoh: penggolongan mobil ke dalam kategori sedan,
van,
mini van, truk, dan bus. Atau penggolongan jenis kelamin, suku dsb.
2. Ordinal : skala
ini memungkinkan
peneliti untuk mengurutkan respondennya dari tingkatan
“ yang paling rendah”
ke tingkatan
“paling tinggi” menurut
atribut tertentu.
skala yang diterapkan pada data-data yang dapat
dibagi dalam berbagai kelompok
dan kita bisa membuat peringkat di antara kelompok tersebut.
Contoh: sebuah product yang diproduksi sebuah pabrik dapat dikategorikan ke dalam skala sangat bagus, bagus, dan
kurang bagus.
3. Interval : Seperti halnya ukuran ordinal,
ukuran interval adalah
mengurutkan orang atau objek
berdasarkan suatu atribut.
Interval atau jarak yang sama pada skala interval
dipandang sebagai mewakili
interval atau jarak yang sama pula pada objek yang diukur.
skala yang diterapkan pada data yang dapat
dirangking dan dengan
peringkat tersebut kita bisa mengetahui perbedaan
di antara peringkat-peringkat tersebut dan kita bisa menghitung besarnya perbedaan itu. namun harus
diperhatikan bahwa dalam skala
ini perbangingan rasio yang ada tidak diperhitungkan. Contoh : Nilai mahasiswa A mempunyai IP 4, B,3,5, C,3, D,2,5, E,2, maka interval antara
mahasiswa
A dan
C (
4 –
3 =
1)
adalah
sama
dengan interval antara
mahasiswa C
dan E
( 3
– 2 =
1)
4. Rasio : suatu bentuk
interval yang jaraknya ( interval ) tidak
dinyatakan sebagai perbedaan nilai antar responden, tetapi antara seorang
dengan nilai nol absolute, karena
ada titik nol maka perbandingan ratio dapat ditentukan. Contoh kalau Harga Produk X sebesar Rp. 3.000 dan Produk Y sebesar Rp 6.000 maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa Produk Y 2 kali lebih mahal di banding Produk X.
Penggunaan Skala dalam Bisnis
1. Skala Likert:
skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala
likert bisa 3, 4, 5, 6, 7, skala
tergantung
kebutuhan.
1
|
|
|
|
Sangat
tidak setuju
Sangat
tidak puas
Sangat
|
tidak baik
2. Skala Guttman:
skala guttman
dilakukan jika peneliti
ingin mendapatkan jawaban tegas terhadap suatu permasalahan
yang ditanyakan.
Skor 1 0
YA
Tidak
Pertanyaan Setuju Tidak setuju
Puas Tidak Puas
3. Semantic Diferential: Skala ini digunakan untuk
mengukur sikap, hanya bentuknya
bukan pilihan ganda atau checklist, tetapi tersusun
dalam satu garis kontinum yang jawaban
positifnya
terletak di bagian
kiri dan jawaban
negatif terletak di bagian kanan. Atau sebaliknya. Contoh: peneliti
ingin menanyakan persepsi
pelanggan terhadap pelayanan
sebuah hotel.
Skor
Cepat 5 4 3 2 1 Lambat
Ramah 5 4 3 2 1
|
memuaskan 5 4 3 2 1
4. Rating Scale: bila ketiga
skala di atas merubah bentuk kualitatif menjadi kuantitif (angka/skor), maka rating scale sebaliknya. Contoh: seberapa perhatian pemimpin/atasan Anda terhadap kondisi bawahan:
§ Angka 3 : Sangat Perhatian,
§ Angka 2 : Cukup perhatian,
§ Angka 1 : Kurang perhatian
Sebagaimana kebiasaanya dalam hal pekerjaan ukur-mengukur, selalu memerlukan kehati-hatian dan ketelitian, untuk memperoleh hasil pengukuran yang sah dan tepat.
Oleh karena itu membuat
alat ukur, terutama alat ukur fenomena sosial
haruslah sedemikian rupa mempunyai kemantapan
yang canggih. Inti sari dari penyusunan alat ukur fenomena
sosial itu adalah penentuan mata skala yang paling tepat,
melalui cara penentuan dimensi variabel-variabelnya
itu untuk hal ini keterampilan
analisis faktor perlu dikuasai
oleh para peneliti ilmu sosial. Selain halitu, perlu pula diperhatikan bahwa meskipun telah dimiliki alat ukur yang jitu,
masih ada sumber-sumber kesesatan
lain yang berpengaruh terhadap pengukuran itu; antara lain
subyek pengukur, obyek yang diukur dan mungkin pula hal lain misalnya situasi dan kondisi di mana pengukuran itu dilakukan. Sampai berapa
jauh gangguan sumber-sumber kesesatan dalam pengukuran mengganggu ketepatan
dan keabsahan pengukuran, hampir seluruh kepustakaan metodologi penelitian membahasnya sebagai topik yang tidak boleh ketinggalan. Oleh karena itu dianjurkan
untuk memperdalamnya melalui kepustakaan-kepustakaan yang dimaksud.
Pada akhirnya
perlu pula diketahui, terutama pada penelitia yang menggunakan kuesioner (daftar
pertanyaan), angket, dan sebagainya, skala ukur variabel itu merupakan penjabaran dari “points”
(mata-mata) skala pada bentuk pertanyaan-pertanyaan jadi menyusun daftar
pertanyaan tidak dilakukan
semaunya atau seingatnya, melainkan
dilakukan dengan sistematik sesuai dengan skala ukur (ingat kembali,
bahwa skala ukur terdiri dari dimensi-dimensi, komponen-komponen/indikator-indikator
variabel). Sekali lagi betapa penting/urgentnya penentuan pengukuran dan penyusunan skala itu bagi proses penelitian
selanjutnya.
C. Variabel
Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah variasi pada nilai. Nilai dapat berbeda
pada waktu yang berbeda untuk obyek atau orang yang sama, atau nilai dapat berbeda dalam waktu yang sama untuk obyek atau orang yang berbeda.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat
pada bab tiga mengenai
proposisi.
Secara konseptual variabel dapat kita bagi menjadi empat
bagian utama, yaitu (Sekaran,
2006):
1.Variabel
dependent adalah variabel
yang menjadi perhatian
utama dalam sebuah
pengamatan. Tujuan penelitian adalah
memahami dan membuat variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya atau memprediksinya. Variabel dependen sering juga
disebut
dengan variabel
terikat atau
variabel terpengaruh.
2.Variabel
independent adalah
variabel yang
dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen
dan mempunyai hubungan yang positif ataupun yang negatif bagi variabel dependen
nantinya. Variasi dalam variabel
dependen merupakan
hasil
dari variabel independen. Variabel independen sering juga disebut
dengan variabel bebas atau
variabel yang mempengaruhi.
3.Moderating Variable adalah variabel yang mempunyai dampak kontingensi
(contingent effect) yang kuat
pada hubungan variabel
independen dan variabel
dependen.
4.Intervening variable adalah faktor
yang secara teori berpengaruh pada fenomena
yang diamati tetapi
tidak dapat dilihat,
diukur, atau dimanipulasi, namun dampaknya dapat disimpulkan berdasarkan dampak variabel independen dan moderating terhadap fenomena yang diamati.
Intervening variable ini dapat membantu kita
dalam menjelaskan bagaimana mengkonsepsi hubungan anatar
varibel independen dan variabel dependen.
Menurut Hagul, Manning, dan Singarimbun (1989) hubungan antar variabel dapat dibagi dalam tiga jenis hubungan yakni hubungan simetris,
hubungan timbal balik dan asimetris.
1.Hubungan Simetris. Dikatakan simetris
jika variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi variabel lainnya.
Terdapat empat kelompok hubungan simetris yakni (a) kedua variabel merupakan indikator untuk konsep yang sama (b) kedua variabel merupakan akibat
dari faktor yang sama (c) kedua variabel berkaitan secara fungsional (d) hubungan yang kebetulan semata.
2. Hubungan
Timbal Balik. Hubungan
di mana suatu variabel
dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel lainnya. Hubungan Asimetris. Hubungan di mana suatu variabel mempengaruhi
lainnya. Terdapat
enam kelompok
hubungan asimetris yakni (a) hubungan
antara stimulus dan respons, (b) hubungan antara disposisi dan respons, (c) hubungan antara
ciri
individu dan disposisi atau tingkah laku, (d) hubungan
antara prakondisi yang perlu dengan
akibat tertentu, (e) hubungan
yang imanen antara dua variabel, (f) hubungan antara tujuan (ends) dan cara
(means). Hubungan asimetris bisa berupa hubungan
antara duavariabel (bivariat)
atau lebih dari dua variabel
(univariat).
1.2. ANALISIS DATA
Analisis data bertujuan untuk menyusun
data dalam cara yang bermakna sehingga
dapat dipahami. Para
peneliti
berpendapat bahwa tidak ada cara yang paling benar secara absolut untuk mengorganisasi, menganalisis,
dan
menginterpretasikan data Karena itu, maka prosedur
analisis data dalam penelitian disesuaikan dengan
tujuan penelitian. Untuk memudahkan dalam analisa data metode yang digunakan adalah
metode statistik. Statistika adalah
serangkaian metode yang dipakai untuk mengumpulkan, menganalisa, menyajikan dan memberi makna,
data. Metode
statistik mempermudah para pengambil keputusan memahami informasi mana yang harus dimanfaatkan, agar keputusan mereka tepat. Tahapan
langkah saat menggunakan analisa data statistik
adalah
1. Menentukan masalah (untuk menjadi obyek
pengamatan/penelitian)
2. Mengumpulkan data
3. Melakukan analisa
4. Menyajikan hasil
Menentukan Masalah
Menentukan masalah atau menemukan sesuatu yang menarik perhatian
dalam sebuah keadaan
sebagai titik-pandang masalah, sehingga mampu bekerja efektif
saat mengumpulkan data dan
memberikan akurasi yang tinggi. Kesulitan
akan banyak muncul bila tidak ada definisi
yang jelas tentang masalah yang ingin diketahui.
Mengumpulkan Data
Faktor penting dalam pengumpulan data yang perlu diperhatikan adalah populasi dan sampel. Pada bagian
ini
digunakan statistik inferensial. Statistik inferensial
digunakan untuk memperluas perolehan
informasi berasal dari sampel acak dalam populasi yang akhirnya
digunakan sebagai cara melihat
keseluruhan populasi itu.
Kegunaan dari statistik inferensial
adalah untuk memperoleh informasi dari populasi
yang terdapat di dalam sampel.
Melakukan Analisa
Di dalam analisa data-statistika, metode yang digunakan untuk
analisa
data terbagi menjadi
dua kategori,
metode exploratory dan metode confirmatory.
Metode exploratory digunakan untuk menentukan apakah datayang ada dapat disajikan
melalui angka aritmetika sederhana dan mudah dimuat dengan grafis sebagai ringkasan
data. Metodeconfirmatory memanfaatkan ide teori probabilitas sebagai upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus
diluar ringkasan yang mudah diperoleh. Teori probabilitas
penting saat membuat keputusan
karena akan berfungsi
sebagai ukuran
mengukur,
merasakan, menyatakan dan menganalisa kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan.
Menyajikan hasil
Melalui inferensia, perkiraan atau ujicoba
yang menyatakan karakter-karakter tertentu
dari populasi akan mudah diperoleh
dari sampel. Hasil disajikan dalam
sebentuk tabel, grafik atau berupa nilai
persentase tertentu. Mengapa sampel
? karena untuk memperoleh hasil
pengamatan keseluruhan
populasi adalah nyaris
tidak mungkin.
Hasil
pengamatan disajikan
dituntut mampu
menunjukkan kemungkinan
keterlibatan sampel berdasarkan penggunaan teori probabilitas dan nilai interval.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar